Selasa, 19 Februari 2013

NDSA


  Nilai Dasar Sholih Akrom
Oleh: Nasruddin MInallah Alu-ulya Assalafy

PENDAHULUAN
Dewasa ini, di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat semua orang berlomba-lomba untuk  menjadi yang terbaik, menjadi yang paling unggul, tidak jarang diantara mereka salimg menjatuhkan satu dengan yang lain. Menghalalkan segala cara demi menjadi yang nomor satu. Manusia hanya memikirkan kesenangan duniawiyah, ia terlena dengan gemerlapnya dunia yang fana hingga melupakan urusan ukhrowiyyahnya. Dengan perkembangan zaman yang pesat ini, ajkhlak dan moral manusia sudah tidak karuan, bahkan sudah melebihi hewan. Usia sudah tidak bias dijadikan tolok ukur lagi, yang ada hanyalah kesenangan.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang  manusia yang Sholikh dan akram. Dengan harapan semoga kita dapat mengetahui dan menjalani kehidupan yang lurus dan benar menurut jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah melalui para utusan.
Dalam makalah ini penulis membatasi pembahasan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Pengertian sholih
2.      Pengertian akrom
3.      Kriteria insan sholih akram
BAB II
    PEMBAHASAN
2.1   Pengertian sholih
Seperti yang telah kita ketahui, kata Sholih itu berasal dari bahasa arab. Secara epitimologi sholih itu baik. Sedangkan secara terminologi sholih itu adalah sifat-sifat baik yang dimiliki oleh seseorang[1] . Kesholihan itu sendiri ada 2, yaitu kesholihan pribadi dan kesholihan sosial. Sebelum kita sholih dalam kehidupan sosial kita harus  mensholihkan diri sendiri.
Dalam agama islam dikenal yang namanya amalan-amalan sholih, diantaranya adalah membaca Alquran, berdzikir, sholat, puasa, mencari ilmu yang manfaat, tadabbur, tafakkur, dsb. Asalkan perbuatan itu bermanfaat maka bisa disebut sebagai amal sholih. Misalnya belajar supaya bisa mengerjakan ujian. Jika amalan seperti itu diniatkan karena Allah, meskipun amalan itu amalan dunia maka bisa menjadi amalan akhirat. Dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Sholih juga dapat diartikan sebagai individu yang mempunyai kesalehan horisontal, mampu membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman[2].
Di dalam bahasa arab, kata sholih memiliki arti yang bervariasi, tergantung penerapan dan konteks yang berlangsung. Diantara makna kata sholih adalah baik, benarm, selamat, pintar dll. Penerapan makna-makna ini tergantung dengan siyahul kalam.
Adapun diantara ciri-ciri orang yang sholih adalah sebagai berikut:
a.       Salimul ‘Aqidah 
Salimul ‘aqidah artinya keimanan yang lurus atau kokoh. Aqidah atau keimanan kepada Allah merupakan fondasi bangunan keislaman. Apabila fondasi keimanan itu kuat, insya allah amaliah keseharian pun akan istiqamah (konsisten), tahan uji, dan handal. Keimanan itu sifatnya abstrak, karenanya, untuk mengetahui apakah iman itu kokoh ataukah masih rapuh, kita perlu mengetahui indikator atau tanda-tanda iman yang kokoh.
b.      Memiliki muraqabatullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh merasakan Allah sangat dekat dengan dirinya, mengawasi seluruh ucap dan geraknya. Dengan demikian akan tumbuh dari dirinya perilaku yang lurus dan selalu mawas diri. Inilah yang disebut Muraqabatullah, yaitu kondisi psikis dimana kita merasa ditatap, dilihat,dan diawasi Allah swt. kapan dan dimana pun berada.
c.       Dzikrullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan merasakan kerinduan yang sangat kuat kepada Allah. Bila kita selalu merindukan-Nya, Dia pun akan merindukan kita. Dzikrullah adalah ekspresi kerinduan kepada Allah swt. “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah 62:10)
.
d.      Meninggalkan syirik
Syirik artinya meyakini ada kekuatan atau kekuasaan yang setaraf dengan kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Allah swt. Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan memiliki loyalitas atau kesetiaan yang fokus kepada Allah swt., karenanya dia akan meninggalkan seluruh perbuatan syirik. Syirik diklasifikasikan sebagai dosa yang paling besar sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa :48)
e.       Rajin membaca, memahami, dan mengamalkan Al Qur’an
Al Qur’am merupakan kitab suci yang merekam seluruh pesan-pesan Allah awt. Kita bisa menelaah apa saja yang Allas swt, sukai dan apa yang dimurkai-Nya. Orang yang memiliki iman yang kokoh akan berusaha membaca, memahami, dan mengamalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. “Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang didalamnya penuh berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan supaya mendapatkan pelajaran orang-orang yang mau menggunkan akalnya.” (QS. Shaad 38:29)
f.       Shahihul ‘Ibadah
Karakter orang shaleh berikutnya adalah shahihul ibadah, artinya benar dan tekun dalam beribadah. Ibadah adalah ekspresi lahiriah pengabdian seorang hamba kepada Allah swt.
para ahli membagi ibadah pada dua bagian, yaitu:
·         Ibadah ‘Ammah
Ibadah ‘Ammah adalah seluruh ucapan dan perbuatan – baik tampak ataupun tidak tampak  yang diridhai dan dicintai Allah swt. Misalnya, mencari ilmu, mencari nafkah, hormat kepada orang tua, ramah pada tetangga, dan lain-lain. Ini semua disebut ibadah ‘ammah karena teknik pelaksanaanya tidak diatur secara detail tapi disesuaikan dengan tuntutan situasional.
·          Ibadah Khashshah
Ibadah Khasanah adalah ibadah yang teknik pelaksanaanya ditentukan atau diatur secara detail oleh Rasulullah saw. Musalnya ibadah shalat, haji, shaum, dan lain-lain. Kalau kita shalat, maka ruku, sujud, dan seluruh gerakan serta bacaanya harus mengikuti sunah Rasulullah saw. Kita tidak dibenarkan menambahi atau menguranginya karena shalat merupakan ibadah khashshah. Allah swt. membalas seluruh pengabdian kita sesuai dengan usaha dan kesungguhan yang kita lakukan. Makin rajin kita beribadah, Allah pun makin dekat dengan kita. Makin malas kita mengabdi, Allah pun makin menjauhi kita. Karena itulah orang-orang shaleh akan rajin, tekun, dan khusu dalam beribadah kepada-Nya.
g.      Akhlaqul Karimah
Orang shaleh bukan hanya pandai mengabdikan dirinya kepada Allah swt. yang diekspresikannya dengan Aqidah Salimah dan Shahihul Ibadah seperti yang telah dijabarkan di atas, tapi orang shaleh juga sangat santun dan perhatian kepada sesama manusia. Sikap ini dalam bahasa praktis disebut Akhlaqul Karimah, artinya berakhlak mulia dan santun kepada orang lain.
2.2  Pengertian Akrom
Al-Akram adalah salah satu Al-Asma`ul Husna. Hal ini berdasarkan firman Allah“Bacalah, dan Rabbmulah Al-Akram (Yang Maha Pemurah).” (Al-’Alaq: 3)[3].
Al Akram, yang diambil dari ayat ‘Inna akramakum ‘inda Allahi atqaakum’ (Al-Hujuraat, 13) diyakini sebagai bentuk ideal seorang muslim. Yakni seseorang yang mempunyai keshalehan transendental dalam hubungannya sebagai individu dengan Allah SWT. Muslim akram dipersonifikasikan melalui niat yang baik, keikhlasan dan menjadikan motivasi seluruh aktifitas hidupnya  hanya kepada Allah (lillahi ta’ala).
3.Kriteria insan yang sholih dan akram
Setelah diperinci devinisi keduanya, di bawah ini akan disebutkan kriteria-kriteria insan yang sholih akram. Berikut penjelasannya:
  1. Al-Khirs (semangat/ambisi)
Al Khirs dapat dimaknai sebagai kecintaan dan keingintahuan terhadap ilmu dan pengetahuan yang tinggi sehingga menjadi sehingga menjadi motivasi belajar yang tidak terkikis waktu dan usia. Insan yang berkhirs tnggi akan melakukan segala cara demi mendapatkan ilmu nynag sedand ia pelajari.
  1. Al-Amanah (kejujuran)
“ Orang jujur akhirnya akan makmur”, ungkapan ini mungkin sudah tidak asing lagi dari indera pendengar kita, Kejujuran merupakan sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kejujuran di sini dimaknai pula sebagai sifat sportif sekaligus upaya menghindari persaingan yang saling menghancurkan.
3.      Al-Tawadldlu’( rendah diri)
Sifat sederhana dan kerendah-hatian dalam konteks hubungan sosial yang diejawantahkan dalam bentuk kesantunan dan kebersahajaan dalam bertutur dan bertindak. Sifat al-Tawadldlu’ ini pulalah yang melandasi rasa hormat seseorang kepada guru dan yang lebih tua tanpa mengurangi dialektika akademik yang dinamis.
  1.  Al-Istiqamah (disiplin),
 baik dalam bentuk kepatuhan terhadap aturan, komitmen dan konsensus maupun bentuk yang lain seperti penghargaan terhadap waktu dan ketaatan memenuhi tanggung jawab yang diemban.
  1.  Al-Uswah al-Hasanah (keteladanan),
 sebagai prinsip utama dalam kepemimpinan sifat ini dikembangkan menjadi bentuk komunikasi yang terbuka, demokratis, dapat menjadi role model bagi orang lain, siap memimpin sekaligus bersedia dipimpin.
  1. Al-Zuhd (tidak berorientasi pada materi),
Zuhud merupakan kesadaran dirir akan buruknya harta dubia dan berharganya akhirat bagi diri. Zuhud bukanlah benci pada dunia, melainkan menganggap remeh dan tidak bergantung pada dunia, ia juga bukan berarti tidak memiliki dunia, melainkan kepercayaan bahwa dunia ini hanyalah sebuah titipan yang akan segera diminta kembali oleh yang menitipkan.
  1.  Al-Kifah al-Mudawamah (Kejuangan),
“Samapaikan;lah dariku walau hanya satu ayat”, kalimat ini merupakan penggalan sabda Rasul yang menunjukkan pentingnya berjuang menegakkan agama islam. Jika tidak diperjuangkan, lambat laun apa yang ada ini akan musnah, untuk itu, sebagai mahasiswa, wajib baginya untuk memiliki sifat kejuangan untuk memperjuangkan ajaran-ajaran yang sesuai dengan kaiah islam.
  1. Al-I’timad ala al-Nafs (kemandirian)
Kemandirian merupakan slah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap insan. Meskipun pada dasranya fitrah manusia adalah makhluk ssosial yang mana ia selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Akan tetapi bantuan itu tidak seharusnya terus menerus, ada kalanya kita harus mampu menyelesaikan masalah kita sendiri tanpa harus merepotkan orang lain.
  1.  Al-Tawashshuth (Moderat),
Tawashshuth adalah kondisi atau tempat yang ideal, dian berdiri di tengah-tengah, tidak memihak satu dan memusuhi yang lainya melainkan mencoba menggabungkan beberapa aspek yang saling berselisih. Insan yang sholih dan akram harus memiki sifat ini.
  1. Al-Barakah
Yang dimaksud barokah adalah bertambahnya kebaikan menjadi lebih baik. Barokah ini merupakan pelengkap sekaligus penyempurna dari sembilan nilai yang telah dibutkan sebelumnya. Hal terakhir ini adalah nilai yang ‘tak kasat mata’ namun terasa kehadirannya dan tercapai setelah nilai sebelumnya paripurna.
 BAB III
PENUTUP
2.1.Kesimpulan
Dari uraian diatas dapt diambil kesimpulan bahwa insan sholih akram adala dambaan dan impian setiap umat manusia. Shloh secara ringkas adalah kebaikian,. Keselamata, berakal dll. Pemberian makna ini disesuaikan dengan konteks yang berlangsung. Adapun akrom, ia merupakan salah satu asma’ Allah yang memiliki arti mullia.
Beberepa ciri-ciri insan yang sholih adalah berakhlaqul karimah, beraqidah salimah,mmendekatkanb diri kepada Allah, gemar berdzikir, bersikap bnaik antar sesama dll.
Adapun beberapa sifat pendukung sholih akraom adalah memiliki semangat yang tinggi, jujur, tawadlu’, istiqomah, uswatun hasanah, kejuangan, kemandirian, zuhud dan moderat. Kmeudian disusul dengan barokah.
Wallahu a’lamu bisshowab.













2.2  Daftar Pustaka
Diunduh dari  http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari snein, 18 februari 2013 pada pukul 06.35.
Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari senin, 18 februari pada pukul 06.45
.






[1]Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari senin, 18 februari 2013 pada pukul 06.45

[3] Diunduh dari http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari senin, 18 februari 2013 pada pukul 06.35

Tidak ada komentar:

Posting Komentar