Nilai Dasar Sholih Akrom
Oleh: Nasruddin MInallah Alu-ulya Assalafy
PENDAHULUAN
Dewasa ini, di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang semakin
pesat membuat semua orang berlomba-lomba untuk
menjadi yang terbaik, menjadi yang paling unggul, tidak jarang diantara
mereka salimg menjatuhkan satu dengan yang lain. Menghalalkan segala cara demi
menjadi yang nomor satu. Manusia hanya memikirkan kesenangan duniawiyah, ia
terlena dengan gemerlapnya dunia yang fana hingga melupakan urusan
ukhrowiyyahnya. Dengan perkembangan zaman yang pesat ini, ajkhlak dan moral
manusia sudah tidak karuan, bahkan sudah melebihi hewan. Usia sudah tidak bias
dijadikan tolok ukur lagi, yang ada hanyalah kesenangan.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis akan membahas tentang manusia yang Sholikh dan akram. Dengan
harapan semoga kita dapat mengetahui dan menjalani kehidupan yang lurus dan
benar menurut jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah melalui para utusan.
Dalam makalah ini penulis membatasi pembahasan dalam rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Pengertian sholih
2. Pengertian akrom
3. Kriteria insan sholih
akram
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sholih
Seperti yang telah
kita ketahui, kata Sholih itu berasal dari bahasa arab. Secara
epitimologi sholih itu baik. Sedangkan secara terminologi sholih itu adalah
sifat-sifat baik yang dimiliki oleh seseorang[1] . Kesholihan itu sendiri ada 2, yaitu kesholihan pribadi dan
kesholihan sosial. Sebelum kita sholih dalam kehidupan sosial kita harus mensholihkan diri sendiri.
Dalam agama islam dikenal yang namanya amalan-amalan sholih,
diantaranya adalah membaca Alquran, berdzikir, sholat, puasa, mencari ilmu yang
manfaat, tadabbur, tafakkur, dsb. Asalkan perbuatan itu bermanfaat maka bisa
disebut sebagai amal sholih. Misalnya belajar supaya bisa mengerjakan ujian.
Jika amalan seperti itu diniatkan karena Allah, meskipun amalan itu amalan
dunia maka bisa menjadi amalan akhirat. Dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Sholih juga
dapat diartikan sebagai individu yang mempunyai kesalehan horisontal, mampu
membaca tanda-tanda zaman dan sekaligus mampu mengelola kehidupan di muka bumi
ini sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman[2].
Di dalam bahasa arab, kata sholih memiliki arti
yang bervariasi, tergantung penerapan dan konteks yang berlangsung. Diantara
makna kata sholih adalah baik, benarm, selamat, pintar dll. Penerapan
makna-makna ini tergantung dengan siyahul kalam.
Adapun diantara ciri-ciri orang yang sholih adalah sebagai berikut:
a.
Salimul
‘Aqidah
Salimul ‘aqidah artinya keimanan
yang lurus atau kokoh. Aqidah atau keimanan kepada Allah merupakan fondasi
bangunan keislaman. Apabila fondasi keimanan itu kuat, insya allah amaliah
keseharian pun akan istiqamah (konsisten), tahan uji, dan handal. Keimanan itu
sifatnya abstrak, karenanya, untuk mengetahui apakah iman itu kokoh ataukah
masih rapuh, kita perlu mengetahui indikator atau tanda-tanda iman yang kokoh.
b.
Memiliki muraqabatullah
Orang yang memiliki keimanan yang
kokoh merasakan Allah sangat dekat dengan dirinya, mengawasi seluruh ucap dan
geraknya. Dengan demikian akan tumbuh dari dirinya perilaku yang lurus dan
selalu mawas diri. Inilah yang disebut Muraqabatullah, yaitu kondisi psikis
dimana kita merasa ditatap, dilihat,dan diawasi Allah swt. kapan
dan dimana pun berada.
c.
Dzikrullah
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan merasakan kerinduan yang sangat kuat kepada Allah. Bila kita selalu merindukan-Nya, Dia pun akan merindukan kita. Dzikrullah adalah ekspresi kerinduan kepada Allah swt. “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah 62:10).
Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan merasakan kerinduan yang sangat kuat kepada Allah. Bila kita selalu merindukan-Nya, Dia pun akan merindukan kita. Dzikrullah adalah ekspresi kerinduan kepada Allah swt. “Dan dzikirlah (ingatlah) Allah sebanyak-banyaknya, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah 62:10).
d.
Meninggalkan syirik
Syirik artinya meyakini ada
kekuatan atau kekuasaan yang setaraf dengan kekuasaan, kebesaran, dan keagungan
Allah swt. Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan memiliki loyalitas atau
kesetiaan yang fokus kepada Allah swt., karenanya dia akan meninggalkan seluruh
perbuatan syirik. Syirik diklasifikasikan sebagai dosa yang paling besar
sebagaimana dijelaskan dalam keterangan berikut. “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik)
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa :48)
e.
Rajin membaca, memahami, dan mengamalkan Al
Qur’an
Al Qur’am merupakan kitab suci yang
merekam seluruh pesan-pesan Allah awt. Kita bisa menelaah apa saja yang Allas
swt, sukai dan apa yang dimurkai-Nya. Orang yang memiliki iman yang kokoh akan
berusaha membaca, memahami, dan mengamalkan apa yang ada dalam Al Qur’an. “Ini
adalah sebuah kitab yang Kami (Allah) turunkan kepadamu, yang didalamnya penuh
berkah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya, dan supaya mendapatkan
pelajaran orang-orang yang mau menggunkan akalnya.” (QS. Shaad 38:29)
f.
Shahihul ‘Ibadah
Karakter orang shaleh berikutnya
adalah shahihul ibadah, artinya benar dan tekun dalam beribadah. Ibadah adalah
ekspresi lahiriah pengabdian seorang hamba kepada Allah swt.
para ahli membagi ibadah pada dua
bagian, yaitu:
·
Ibadah ‘Ammah
Ibadah ‘Ammah adalah seluruh ucapan
dan perbuatan – baik tampak ataupun tidak tampak yang diridhai dan dicintai Allah swt.
Misalnya, mencari ilmu, mencari nafkah, hormat kepada orang tua, ramah pada
tetangga, dan lain-lain. Ini semua disebut ibadah ‘ammah karena teknik
pelaksanaanya tidak diatur secara detail tapi disesuaikan dengan tuntutan
situasional.
·
Ibadah Khashshah
Ibadah Khasanah adalah ibadah
yang teknik pelaksanaanya ditentukan atau diatur secara detail oleh Rasulullah
saw. Musalnya ibadah shalat, haji, shaum, dan lain-lain. Kalau kita shalat,
maka ruku, sujud, dan seluruh gerakan serta bacaanya harus mengikuti sunah
Rasulullah saw. Kita tidak dibenarkan menambahi atau menguranginya karena
shalat merupakan ibadah khashshah. Allah swt. membalas seluruh pengabdian kita
sesuai dengan usaha dan kesungguhan yang kita lakukan. Makin rajin kita
beribadah, Allah pun makin dekat dengan kita. Makin malas kita mengabdi, Allah
pun makin menjauhi kita. Karena itulah orang-orang shaleh akan rajin, tekun,
dan khusu dalam beribadah kepada-Nya.
g.
Akhlaqul Karimah
Orang shaleh bukan hanya pandai
mengabdikan dirinya kepada Allah swt. yang diekspresikannya dengan Aqidah
Salimah dan Shahihul Ibadah seperti yang telah dijabarkan di atas, tapi orang
shaleh juga sangat santun dan perhatian kepada sesama manusia. Sikap ini dalam
bahasa praktis disebut Akhlaqul Karimah, artinya berakhlak mulia dan santun kepada
orang lain.
2.2 Pengertian Akrom
Al-Akram adalah salah satu Al-Asma`ul Husna. Hal ini berdasarkan firman
Allah“Bacalah, dan Rabbmulah Al-Akram (Yang Maha Pemurah).” (Al-’Alaq: 3)[3].
Al Akram, yang diambil dari
ayat ‘Inna akramakum ‘inda Allahi atqaakum’ (Al-Hujuraat, 13) diyakini
sebagai bentuk ideal seorang muslim. Yakni seseorang yang mempunyai keshalehan
transendental dalam hubungannya sebagai individu dengan Allah SWT. Muslim akram
dipersonifikasikan melalui niat yang baik, keikhlasan dan menjadikan motivasi
seluruh aktifitas hidupnya hanya kepada Allah (lillahi ta’ala).
3.Kriteria insan yang sholih dan akram
Setelah diperinci devinisi keduanya, di bawah ini akan disebutkan
kriteria-kriteria insan yang sholih akram. Berikut penjelasannya:
- Al-Khirs (semangat/ambisi)
Al Khirs dapat
dimaknai sebagai kecintaan dan keingintahuan terhadap ilmu dan pengetahuan yang
tinggi sehingga menjadi sehingga menjadi motivasi belajar yang tidak terkikis
waktu dan usia. Insan yang berkhirs
tnggi akan melakukan segala cara demi mendapatkan ilmu nynag sedand ia
pelajari.
- Al-Amanah (kejujuran)
“ Orang jujur akhirnya akan makmur”, ungkapan
ini mungkin sudah tidak asing lagi dari indera pendengar kita, Kejujuran
merupakan sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kejujuran di sini dimaknai pula sebagai sifat sportif
sekaligus upaya menghindari persaingan yang saling menghancurkan.
3.
Al-Tawadldlu’( rendah diri)
Sifat sederhana dan
kerendah-hatian dalam konteks hubungan sosial yang diejawantahkan dalam bentuk
kesantunan dan kebersahajaan dalam bertutur dan bertindak. Sifat al-Tawadldlu’
ini pulalah yang melandasi rasa hormat seseorang kepada guru dan yang lebih tua
tanpa mengurangi dialektika akademik yang dinamis.
- Al-Istiqamah (disiplin),
baik dalam bentuk kepatuhan terhadap aturan,
komitmen dan konsensus maupun bentuk yang lain seperti penghargaan terhadap
waktu dan ketaatan memenuhi tanggung jawab yang diemban.
- Al-Uswah al-Hasanah (keteladanan),
sebagai prinsip utama dalam kepemimpinan sifat
ini dikembangkan menjadi bentuk komunikasi yang terbuka, demokratis, dapat
menjadi role model bagi orang lain, siap memimpin sekaligus bersedia
dipimpin.
- Al-Zuhd (tidak berorientasi pada materi),
Zuhud merupakan kesadaran dirir akan buruknya harta dubia dan berharganya
akhirat bagi diri. Zuhud bukanlah benci pada dunia, melainkan menganggap remeh
dan tidak bergantung pada dunia, ia juga bukan berarti tidak memiliki dunia,
melainkan kepercayaan bahwa dunia ini hanyalah sebuah titipan yang akan segera
diminta kembali oleh yang menitipkan.
- Al-Kifah al-Mudawamah (Kejuangan),
“Samapaikan;lah dariku walau hanya satu ayat”, kalimat ini merupakan
penggalan sabda Rasul yang menunjukkan pentingnya berjuang menegakkan agama
islam. Jika tidak diperjuangkan, lambat laun apa yang ada ini akan musnah,
untuk itu, sebagai mahasiswa, wajib baginya untuk memiliki sifat kejuangan
untuk memperjuangkan ajaran-ajaran yang sesuai dengan kaiah islam.
- Al-I’timad ala al-Nafs (kemandirian)
Kemandirian merupakan slah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap
insan. Meskipun pada dasranya fitrah manusia adalah makhluk ssosial yang mana
ia selalu membutuhkan bantuan dari orang lain. Akan tetapi bantuan itu tidak
seharusnya terus menerus, ada kalanya kita harus mampu menyelesaikan masalah
kita sendiri tanpa harus merepotkan orang lain.
- Al-Tawashshuth (Moderat),
Tawashshuth
adalah kondisi atau tempat yang ideal, dian berdiri di tengah-tengah, tidak
memihak satu dan memusuhi yang lainya melainkan mencoba menggabungkan beberapa
aspek yang saling berselisih. Insan yang sholih dan akram harus memiki sifat ini.
- Al-Barakah
Yang
dimaksud barokah adalah bertambahnya kebaikan menjadi lebih baik. Barokah ini merupakan pelengkap
sekaligus penyempurna dari sembilan nilai yang telah dibutkan
sebelumnya. Hal terakhir ini adalah nilai yang ‘tak kasat mata’ namun
terasa kehadirannya dan tercapai setelah nilai sebelumnya paripurna.
BAB III
PENUTUP
2.1.Kesimpulan
Dari uraian diatas dapt diambil kesimpulan bahwa
insan sholih akram adala dambaan dan impian setiap umat manusia. Shloh secara
ringkas adalah kebaikian,. Keselamata, berakal dll. Pemberian makna ini
disesuaikan dengan konteks yang berlangsung. Adapun akrom, ia merupakan salah
satu asma’ Allah yang memiliki arti mullia.
Beberepa ciri-ciri insan yang sholih adalah
berakhlaqul karimah, beraqidah salimah,mmendekatkanb diri kepada Allah, gemar
berdzikir, bersikap bnaik antar sesama dll.
Adapun beberapa sifat pendukung sholih akraom
adalah memiliki semangat yang tinggi, jujur, tawadlu’, istiqomah, uswatun
hasanah, kejuangan, kemandirian, zuhud dan moderat. Kmeudian disusul dengan
barokah.
Wallahu a’lamu bisshowab.
2.2 Daftar Pustaka
Diunduh dari http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada hari snein, 18 februari 2013 pada pukul 06.35.
Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari senin, 18 februari pada pukul 06.45
Diunduh dari http://www.staimafa.ac.id/perguruan-tinggi-riset-berbasis-nilai-nilai-pesantren-sebagai-paradigma-pendidikan-tinggi-islam1/ pada hari senin, 18 februari 2013 pada pukul
07.00
.
[1]Diunduh dari http://huda-sarungan.blogspot.com/2012/10/355-pengertian-sholih.html pada hari senin, 18 februari 2013 pada pukul 06.45
[2]Diunduh dari http://www.staimafa.ac.id/perguruan-tinggi-riset-berbasis-nilai-nilai-pesantren-sebagai-paradigma-pendidikan-tinggi-islam1/ pada hari senin, 18 februari 2013 pada jam
07.00
[3] Diunduh dari http://asysyariah.com/al-akram-dan-al-karim.html pada
hari senin, 18 februari 2013 pada pukul 06.35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar