POLIGAMI ORGANISASI MAHASISWA STAIMAFA
(sebab, dampak dan solusinya)[1]
Oleh; Ahmad Imam Muzakka[2]
Awal mula seorang mahasiswa masuk
kedalam dunia akademis, mereka akan dibuat bingung dengan berbagai kegiatan
yang ditawarkan oleh berberapa organisasi yang berada didalamnya. Rasa
keinginan kesana sudahlah barang tentu. Namun, bingung yang melanda adalah ketika
mereka dituntut untuk mengaplikasikan apa yang telah terkonsep dalam fikiran
dan benaknya selama ini. Keinginan untuk masuk total didalamnya, rasa ingin
mengabdi serta himmah yang tinggi untuk menuangkan seluruh potensi yang
terpendam dalam dirinya selalu terpancar dari darah muda yang memang sedang
mengalami masa transisi menuju kestabilan emosi dan sedang berjalan pada tahap
pencarian jati diri.
Karena semangat yang tinggi, tanpa
banayak pertimbangan skhirnya mereka memilih ikut bergabung diberbagai kegiatan
yang mereka anggap penting atau hanya sekedar menyalurkan hobi dan bakat
masing-masing. Rasa senang bercampur dengan kebanggaan yang tersendiri selalu
membalut diri dan menjadikan hari-harinya semakin PD dan tambah bersemangat.
Namun, kebingungan datang mendekat ketika terjadi “tabrakan” jadwal kegiatan
antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. Jadwal padat tak dapat
dielakkan , UKM A mengadakan acara seminar, UKM B mengadakan acara study tour,
UKM C mengadakan rapat koordinasi dsb.
Rasa lelah dan capai serta bingung
merupakan hal yang wajar ketika berada pada posisi yang demikian. Gambaran
diatas baru menganalogikan kesibukan di dunia organisasi, belum lagi tugas
kuliah, rutinitas sehari-hari serta kesibukan lainnya menjadi terkesampingkan.
Hal ini menjadikan tekanan lahir dan batin bagi beberapa individu yang belum
mampu memanagement waktu, fikiran dan tenaganya.
Ketika sudah terjadi hal demikian,
fikiran seolah tak mampu menampung beban-beban yang sedemikian banyak.
Sehingga, keluarlah keluhan-keluhan yang bervariasi. Awalnya mengeluh capek,
kemudian mulai mengeluhkan jadwal kwgiatan UKM yang terlalu padat dsb. Keluhan-keluhan
kecil inilah yang kemudian menimbulkan gejolak dalam diri individual yang
kemudian secara tidak sadar disangkut
pautkan dengan kepentingan bersama. Akibatnya, mulai mencoba absen
kegiatan denganalasan capek, kemudian absen
lagi dengan alas an ada kegiatan yang lain dan seterusnya…… sehingga
tanpa terasa ternyata absen kegiatannya sudah tak terhitung.
Dari pemaparan singkat diatas dapat ditarik sedikit
gambaran tentang sebab, dampak dari poligami berorganisasi. Diantaranya
yaitu sebagai berikut:
a.
Sebab poligami organisasi:
ü
Ragam organisasi yang menwarkan kegiatan-kegiatan yang menarik,
ü
Hobi atau memang potensi jiwa aktifis yang kuat tertancap dalam
diri mahasiswa,
ü
Keinginan menambah wawasan yang lebih (bukan hanyasekedar ilmu-ilmu
wajib yang didapatkan didalam kelas),
ü
Keinginan untuk menyalurkan bakat dan potensi yang dimiliki serta
mengasah kemampuan,
ü
Sekedar iseng atau hanya ingin mencari kesibukan,
ü
Sekedar ikut-ikutan teman atau karena ada pacar dan atau seseorang
yang sudah menjadi target hatinya, dll.
b.
Dampak poligami organisasi;
ü
Mahasiswa mwndapatkan ilmu, pengamalan serta pengalaman yang lebih
(dari apa yang didapatkan dari dalam kelas formal),
ü
Karakter serta kedisiplinan dan kemandiriannya dapat terbentuk
lantaran bantuan tanggung jawab (yang dibebankan kepadanya) serta arahan dari
organisasi yang diikuti, sehingga ini bisa dijadikan bekal kelak ketika sudah
masuk kedalam kehidupan nyata,
ü
Mendapatkan banyak
kenalan(teman),
ü
Kesulitan dalam membagi waktu, sehingga banyak tugas yang
terbengkalai (tak terkecuali dunia perkuliahannya),
ü
Waktu untuk istirahat berkurang,
ü
Tertekan /stress/galau, dll.
Adapun tentang
solusi untuk menanggulangi atau minimal meminimalisir hal demikian merupakan
apa yang akan kita cari dan kita temukan
dalam diskusi ini. Kendati demikian, penulis telah menyiapkan sedikit saran
agar hal tersebut tidak menimpa diri kita, diantaranya adalah sebagai berikut;
ü
Melihat jadwal rutinitas masing-masing,
ü
Memilih kegiatan yang sekiranya memang penting atau yang diminati
saja,
ü
Harus pintar-pintar memanage waktu yang ada.
ü
Tidak usah terlalu berambisi,
ü
Adapun yang lainnya kita temukan bersama-sama.:)
Demikianlah
yang dapat penulis sampaikan, tiada manusia yang sempurna dan tiada manusia
yang tidak berguna. Atas semua kesalahan saya mohon maaf dan semoga
bermanfaat.
Sebagai
penutup, berikut ini merupakan berberapa pendapat dari beberapa senior kita
tentang poligami organisasi:
·
Gak cocok… marai semrawut.
·
Tergantung orange, baik (baca:tidak masalah) jika bisa konsekuen
dengan tugas dan tanggung jawab (yang diemban), tapi tidak buat yang tidak bisa
membagi waktu.
·
Gak baik bos, mendua.
·
Saya setuju, selama keduanya berjalan seimbang dan efektif.
·
·
Yang jelas, itu akan sedikit mengurangi kinerja. Karena fokusnya
harus terbagi. Walaupun dia bisa membagi waktu sebaik mungkin, tetap pada
akhirnya harus ada yang ternomer duakan.
·
Tidak masalah asal tidak sama-sama jadi penghar atau coordinator,
tapi kalau bisa gak usah nyabang.
·
Tidak masalah menurutku, tapi ingat, harus bisa professional
diantara dua organisasi. Memang, realita yang pernah ada, ketika nyabang dua
organisasi, pasti ada salah satu yang dikalahkan dan hal ini sudah banyak
terjadi.